Blogger Jateng

Filosofi dan Makna Dibalik Tembang Lir-ilir Sunan Kalijaga

Makna Dibalik Tembang Lir-ilir Sunan Kalijaga

Marneskliker.com - Pada postingan sebelumnya telah saya bagikan lagu tembang Lir-ilir Sunan Kalijaga lengkap dengan artinya. Pada kesempatan ini kita akan bahas mengenai Filosofi dan Makna Dibalik Tembang Lir-ilir Sunan Kalijaga. Tembang lir-ilir ciptaan Sunan Kalijaga ini mempunyai makna yang mendalam dan dapat menginspirasi hakikat kehidupan kita. Karena tembang jawa ini mengandung unsur-unsur ajakan untuk kembali kepada Allah, senantiasa mengingat Allah, dan menahan hawa nafsu agar kita tidak terjerumus ke lembah yang tidak di ridhoi Allah. Baca juga: Memahami Makna Ibadah

Berikut ini lirik tembang Lir-ilir Sunan Kalijaga beserta artinya

Lir-ilir, lir ilir, tandure wus sumilir (Bangunlah, bangunlah tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau) 
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan gairah pengantin baru)
Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
Penekno belimbing kuwi (Panjatlah pohon belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (Walaupun licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh/mencuci pakaian)

Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
Kumitir bedah ing pinggir (Terkoyak-koyak dibagian samping)
Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, benahilah)
Kanggo sebo mengko sore (Untuk menghadap nanti sore)

Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane (Mumpung banyak waktu luang)
Yo surako surak iyo (Bersoraklah dengan sorakan Iya)

Makna Dibalik Tembang Lir-ilir Sunan Kalijaga

Tembang ini diawali dengan Lir-ilir yang artinya bangunlah, bangunlah atau bisa diartikan sadarlah. Dalam hal ini kita diminta bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Allah SWT dalam diri kita, karena itu digambarkan dengan Tandure wus sumilir atau tanaman mulai bersemi dan pohon-pohon yang mulai menghijau bagaikan Tak ijo royo-royo

Semua itu tergantung pada diri kita masing-masing, apakah mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita itu mati. Atau kita bangun dan terus berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar yang kemudian kita akan mendapatkan kebahagian seperti bahagianya ‘pengantin baru’ atau Tak sengguh temanten anyar.

Cah angon, cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok ‘Cah angon’? Bukan ‘Pak Jendral’ , ‘Pak Presiden’ atau yang lain? Mengapa dipilih ‘Cah angon’? Cah angon disini maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu ‘menggembalakan’ makmumnya dijalan yang benar. Karena kita telah diberi sesuatu oleh Allah SWT untuk kita gembalakan yaitu ‘hati’. Bisakah kita gembalakan hati kita ini dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya. 

Si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing atau Penekno blimbing kuwi yang notabene buah belimbing itu berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi belimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah belimbing yang menggambarkan Rukun Islam yang merupakan dasar dari agama Islam.

Pohon belimbing itu memang licin dan meskipun dalam keadaan susah untuk melaksanakannya, kita harus bisa memanjatnya sekuat tenaga yang artinya kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya bagaikan Lunyu-lunyu penekno. Lalu gunanya untuk apa? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita atau Kanggo mbasuh dodotiro yang bermakna bahwa pakaian itu ibarat taqwa dan pakaian taqwa inilah yang harus di bersihkan.

Dodotiro yang berarti adalah pakaian taqwa kita memang harus di bersihkan, yang jelek-jelek harus kita singkirkan dan kita tinggalkan. Namun sebagai manusia biasa pakaian taqwa itu terkadang rusak atau terkoyak-koyak seperti Kumitir bedah ing pinggir sehingga perlu perbaikan untuk menjahitnya dan dibenahi kembali bagaikan Dondomono jlumatono agar menjadi pakaian yang indah, karena sebaik-baiknya pakaian adalah pakaian taqwa pada diri kita. Kanggo sebo mengko sore atau untuk menghadapi nanti sore, kata ini mempunyai makna bahwa suatu saat kita semua pasti akan mati, karena itu kita selalu diminta untuk memperbaiki pakaian taqwa kita, agar kelak kita siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Allah SWT.

Mumpung padhang rembulane, Mumpung jembar kalangane atau mumpung rembulan bersinar terang dan mumpung masih banyak waktu luang, kata-kata ini mengandung arti bahwa ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, dan ketika masih banyak kesempatan karena diberi umur yang masih menempel pada hayat kita maka pergunakanlah waktu dan kesempatan itu untuk bisa memperbaiki diri agar senantiasa selalu bertaqwa kepada Allah SWT. 

Selanjutnya pada lirik Yo surako surak iyo atau bersoraklah dengan sorakan iya untuk menyambut seruan ini dengan sorak sorai (bergembira), artinya ketika kita masih sehat dan mempunyai waktu luang. Jika ada yang mengingatkan, maka jawablah dengan ‘Iya’. Sambutlah seruan tersebut dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)

Dari uraian diatas dapat kita lihat bagaimana Sunan Kalijaga secara jenius menerjemahkan ajaran Islam dalam rangkaian syair dan tembang pendek yang memiliki makna mendalam mengenai perlunya seseorang dalam memperhatikan hidup kita selama di dunia ini. Jangan hanya berorientasi pada keduniawian melainkan berorientasi pada kehidupan dalam alam kekekalan yaitu akhirat. Sehingga kehidupan dunia dan akhirat harus seimbang.

Sunan Kalijaga mengingatkan bahwa kita mempunyai pertanggungjawaban pribadi kepada Tuhan, karena semua perbuatan kita akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Sunan Kalijaga menawarkan Islam sebagai jalan dan bekal untuk menghadapi kematian dan pertanggungjawaban akhir. Dengan berbekal mengenai keislaman dengan Rukun Islamnya yaitu sahadat, sholat, zakat, puasa, haji dan senantiasa melaksanakan semua perinyahNya dan menjauhi semua laranganNya untuk mendapatkan kehidupan yang baik diakhirat nanti. 

Sunan Kalijaga juga mengingatkan kepada kita bahwa perbuatan baik dan amalan memiliki peran yang sangat penting termasuk sahadat, sholat, zakat, puasa, haji dalam Islam sebagai bekal yang menentukan keselamatan seseorang yang harus dibawa dan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Selain itu, hendaknya sebagai seorang muslim tidak menganggap remeh amalan-amalan yang telah dilakukannya. Baca: Jangan Remehkan Amalan Ringan!

Lagu tembang Lir-ilir memberi kita pelajaran dan pesan islami, hendaknya manusia menyadari, bahwasanya kita hidup di dunia fana ini tidak akan lama, yang dalam bahasa jawa diibaratkan urip iku sekedar mampir ngombe yang artinya hidup itu hanya sementara, seyogyanya kita semua harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sehingga kelak kita akan siap ketika tiba saatnya kita semua dipanggil menghadap kehadirat Allah SWT. 

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Lir-ilir

70 komentar untuk "Filosofi dan Makna Dibalik Tembang Lir-ilir Sunan Kalijaga"

  1. lengkap mas ya penjabaranya,,,,mulai dari kata Lir-ilir... tandure wus sumilir...sampai dengan Yo surako surak iyo.... tembang ini mengingat kan semasa kecil saya mas...setiap menjelang tidur saya selalu di iringi tembang ini sama ibu saya mas sampai saya terlelap tidur...memang sangat menyentuh ...ternyata dari bait2 tembang tersebut banyak mengandung makna akan keimanan seorang hamba,,,,ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo saya mah jujur belom lama taunya sama tembang lir-ilir ini mas

      Hapus
    2. ada apa ini ada apa ini ?

      Hapus
    3. saya ga dapat bakwan gituh ?

      Hapus
    4. ternyata tembang lir ilir filosofi dan makna bagi hidup dan kehidupan sangat makjleb banget ya kang...akang kok tau sih?

      Hapus
    5. kalo emang ada bakwan rebus.,?
      saya pesan 10k aja?

      Hapus
  2. Ngomong2 Sunan Kali Jaga adalah Seorang Waliyyulloh yang dulu pernah menyebarkan syiar islam di Kab Demak ya mas,,, itu kampun halaman saya lho....Namanya Raden Shahid ....he,,he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, Masjid Agung Demak salah satu bukti kreasi Sunan Kalijaga yang tiangnya terbuat dari tatal (pecahan kayu), ia juga ikut serta dalam membangun Masjid Agung Cirebon. Mengalami masa akhir kekeuasaan Majapahit, Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten.

      Hapus
    2. klo karya raden marnes apa donk?

      Hapus
    3. kedua putri saya dong Carissa dan Keisha, atas izin dan karunia Allah tentunya :)

      Hapus
    4. jawan yang anda berikan sangat lah tepat, salut sama lho marnes :-bd

      Hapus
    5. ah masa, ga pecaya mah |o|

      Hapus
  3. Betul banget mas Marnes. salah satu filosofi yang dalam syair li-ilir adalah "penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno kanggo sebo mengko sore"

    BalasHapus
    Balasan
    1. awas lunyu mas uwit pelemw, mbok kepleset jo duwur2 yo mas ,,, :D

      Hapus
    2. makanya mesti hati hati kalo jalannya licin

      Hapus
  4. Kalau jaman nya Walisongo...termasuk Sunan Kalijga...Kesenian itu dipakai sbg media dakwah...iy khan,,?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas, pendekatannya melalui seni salah satunya wayang yang dijadikan sebagai media dakwah untuk mengenalkan islam kepada warga

      Hapus
    2. setuju kok bayar sih, kan ga setuju baru disetrap

      Hapus
  5. makna filosofis yang lekat dengan ajaran agama Islam,
    sunan Kali Jaga dalam menyampaikan ajaran Islam benar2 melalui pendekatan kultural yg ramah

    BalasHapus
  6. Jadi ingat kidung yang selalu dibawakan si mbah, apalgi kalau lagi main di sekitara Jawa Tengah bikin kangen akan segala hal yang mengandung makna daam

    BalasHapus
  7. sippp...bagus ni makna dan penjabarannya...mas marnes emang toppp

    BalasHapus
  8. sehari saya ga kemari sudah banyak info lagi di www.marneskliker.com, pertamax deh :)

    BalasHapus
  9. lengkap dan sangat banyak penjabarannya yang terungkap dari tembang ilir ilir :) dari makna tersebut menjelaskan bahwa tidak ada yang abdi bagi seorang manusia dalam menjalani hidup didunia yang fana ini :) segagah apapun kita ini tentunya kan kembali kepad Sang maha Kuasa juga contoh bisa lihat sendiri Firaun dan Karun, betol ga mas ?

    BalasHapus
  10. tak cuma liriknya yang disajikan tapi dilengkapi dengan penjabaran arti dan makna dalam lagunya..
    Mantaaappp dehh..

    BalasHapus
  11. saya nda pernah dnger tembngnya, nanti tk download dh

    BalasHapus
  12. lagu lir ilir emang penuh makna dan filosofi yamas.
    lewat kata2 yg sederhana tetapi bila direnungi merupakan wejangan yg sangat dalam bagi kita semua

    BalasHapus
  13. sunan kalijaga memang salah satu wali yg ajarannya paling bisa diterima masyarakat secara luas yamas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaupun menjadi salah satu Wali Allah. tetapi Sunan Kalijaga bisa menciptakan Tembang lagu yang sangat bagus banget ya mang...artinya itu loh. sekarang jadi tau filosofi dari lagu lir ilir :-bd

      Hapus
    2. mas marnes eh sunan kalijaga memang hebat ya

      Hapus
  14. semoga kita semua nanti bisa bersorak hore.
    amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. selamat ulang tahu mas ?

      Hapus
    2. wah rupanya mas yanto ulang tahun,.?
      maaf saya baru tahu.,?
      hbd deh mas.,?
      moga sukses slalu

      Hapus
  15. ka;o disimak saja ga menarik tapi direnungkan :)

    BalasHapus
  16. Lagu ciptaan Sunan KaliJaga ini syarat dengan makna yang sangat luar biasa.. mengajak kita untuk selalu beriman menjalani semua perintah Allah. walaupun banyak godaan yang menerjang... saya baru tau kalau lagu lir ilir itu ciptaan Sunan Kalijaga mas. padahal sering banget dengerin...

    BalasHapus
  17. saya nyimak aja deh mas alnya gak geti saya ma bahasanya?

    BalasHapus